Minggu, 19 Mei 2019

KESENIAN TRADISIONAL GEMBYUNG.

 ....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
        Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat Gemyung menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Penasaran? Simak Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu! MELUNCUR........


 

Kelengkapan dalam kesenian gembyung terdiri atas waditra (alat musik),
pangrawit (pemain alat musik), juru kawih (vokal), penari, dan busana. Saat
ini, kesenian Gembyung di beberapa daerah di wilayah Provinsi Jawa Barat
bervariasi baik dari segi waditra, juru kawih, penari, maupun lirik lagu.
Variasi waditra seni gembyung dapat dilihat dari penambahan alat musik
diantaranya tarompet, kecrék, kendang, dan goong. Penari Gembyung di
beberapa daerah seperti di wilayah Cirebon, telah dipengaruhi oleh seni
tarling. Sedangkan di daerah lainnya terpengaruh oleh tari jaipongan, ketuk
tilu, dan sebagainya. Busana yang dikenakan juga bervariasi seperti yang
dikenakan dalam seni Gembyung di Cirebon dan Tasik adalah busana yang
biasa dipakai untuk ibadah shalat seperti kopeah (peci), baju kampret atau
kemeja putih, dan kain sarung. Berbeda halnya dengan busana yang
dikenakan oleh pemain seni gembyung di Subang, Sumedang, Ciamis, dan
Garut yaitu busana tradisional Sunda, yakni iket, kampret, dan celana
pangsi. Seni Gembyung Cirebon dan Tasikmalaya banyak menggunakan
judul lagu berbahasa Arab, seperti Assalamualaikum, Barjanji, Yar Bismillah,
Salawat Nabi, dan Salawat Badar. Sementara itu, seni gembyung di Subang
dan Sumedang, banyak mengambil judul lagu yang berbahasa daerah
(Sunda) seperti: Raja Sirai, Siuh, Rincik Manik, Éngko, Benjang, Malong dan

Geboy. Pangrawit atau pemain musik, memiliki jumlah yang bervariasi dan
disesuaikan dengan jumlah alat musik yang digunakan.
Juru kawih Gembyung biasanya laki-laki yang memainkan rebana.
Pertunjukan Gembyung biasa dilaksanakan pada saat hari besar Islam,
hajatan, khitanan, pernikahan, ruwatan, hajat lembur, dan ngabeungkat
(upacara menjemput air kehidupan). Fungsi yang menonjol pada Gembyung
diantaranya adalah alat komunikasi, respon fisik, sumbangan pada
pelestarian serta stabilitas kebudayaan, ritual dan hiburan. (Nana Munajat
Dahlan, 2014:2).
Di beberapa daerah, seni gembyung menjadi sebuah keharusan dalam
pelaksanaan upacara tradisional. Salah satu contoh adalah di Kampung
Ragasuta Desa Cibitung, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang. Ada
kepercayaan di kampung Ragasuta bahwa apabila dalam sebuah upacara
pernikahan tidak menggelar pertunjukan Gembyung maka akan berakibat
kurang baik bagi kedua mempelai.

Sumber

Buku, “Gembyung”, Formulir Warisan Budaya Takbenda Provinsi Jawa
Barat, Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat,
2017.

Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀

Tidak ada komentar:

Posting Komentar