....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat Gemyung menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Penasaran? Simak Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu! MELUNCUR........
Kesenian Ngegel Jubleg Adalah kesenian anti mainstream. Awal terciptanya ibing ngegel
jubleg, terjadi atas ketidaksengajaan seorang seniman alam bernama Bapak
Ukri, yang melihat aktivitas babi hutan yang sedang menggigit batang kayu lalu menggoyang-goyangkannya.
Berlandaskan penemuannya itu bapak Ukri menjadikan jubleg (tempat
menumbuk padi) sebagai objek yang mendukung dalam karyanya, jubleg yang
pertama dibuatnya terbuat dari bahan kayu langka kayu jenjing dan kayu kurai.
Gerakan yang dibuatnya bernama gelompang yang di ambil dari gerakan
pencak silat, karena beliau gemar terhadap seni bela diri tersebut. Gerak-gerak
yang lainnya ialah gerak-gerak improvisasi dari setiap pelaku seninya, pelaku
seni ibing ngegel jubleg pada saat itu tidak sembarangan, hanya garis
keturunan penciptanya dan anggota lingkung seni pancawarna saja yang berhak
mempelajari dan menarikan ibing ngegel jubleg, sistem
pewarisan/regenerasinya bersifat internal (lingkungan keluarga) saja.
Fungsi ibing ngegel
jubleg pada awal penciptaannyaadalah sebagai sarana ritual pada upacara
hajat bumi. Musik pengiringnya pada saat itu sangat sederhana dengan memainkan
alat musik angklung dan dua dog-dog indung. Lagu yang di pakai adalah lagu dedebusan
yang pada isinya berupa sisindiran sunda jaman dahulu. Rias dan
busananya ialah tanpa memakai rias atau make up serta busananya ialah
celana pangsi hitam, baju pangsi hitam, iket kepala motif barangbang
semplak, dan beubeur (ikat pinggang) dari kain berwarna merah.
Dalam praktiknya, seni
ini terbilang ekstrem. Para pelaku seni ini atraksi sembari membawa jubleg.
Uniknya para pemain membawa jubleg dengan cara digigit. Mereka menari
dan meliuk-liuk menggigit jubleg yang beratnya bisa mencapai 25
kilogram. Tidak sembarang orang bisa menggigit jubleg yang beratnya
puluhan kilogram itu, apalagi yang bisa melakukannya sembari menari seperti apa
yang para pemain Gegel Jubleg lakukan. Hanya orang-orang terlatih yang
dapat melakukannya. Setiap kali akan beraksi, para sesepuh pegiat kesenian
tersebut akan melakukan ritual untuk memberi kekuatan pada para pemain.
Perkembangan pada ibing
ngegel jubleg terlihat pada segi pelaku seninya, fungsi dan bentuk
tariannya. Perubahan fungsi yang jelas terjadi ialah pada perubahan fungsi yang
awalnya sebagai sarana ritual pada saat acara hajat bumi, berubah fungsi menuju
sarana presentasi estetis yang bersifat ritual semu pada setiap acara – acara
apa saja yang diinginkan penikmatnya. Perubahan bentuk yang terdapat pada ibing
ngegel jubleg teridentifikasi pada koreografinya dan musik pengiringnya,
yang awalnya merupakan gerak-gerak improvisasi mengikuti alunan musik
pengiringnya, dan hanya memiliki satu ragam gerak, maka setelah melalui
perkembangan ibing ngegel jubleg memiliki sebelas ragam gerak.
Perkembangan yang juga
terdapat pada musik pengiringnya ialah penambahan alat musik yang menunjang
terhadap penyajian ibing ngegel jubleg, yang awalnya hanya diiringi oleh
angklung dan dog-dog, kini diiringi oleh tabuhan gamelan dan kendang. Pelaku
seni yang awalnya merupakan laki-laki semua, kini menjadi bertambah, peran
perempuan yang menjadi pelaku seni sebagai pengiring musik ibing ngegel
jubleg yang memainkan alat musik angklung. Proses pewarisan ibing ngegel
jubleg yang mulanya bersifat informal (lingkungan keluarga) sekarang sudah
menjadi nonformal (umum). Pelaku seni / penari ibing ngegel jubleg kini
merupakan pemuda – pemudi yang memiliki rasa ingin tahu terhadap ibing ngegel
jubleg dan ingin belajar, maka larangan atau aturan yang tidak membolehkan
sembarang orang menarikan ibing ngegel jubleg, dalam perkembangannya
aturan tersebut tidak ada, karena apabila aturan itu terus dipakai siapa lagi
yang aku meneruskan ibing ngegel jubleg ini, karena para pelaku seni
terdahulunya tinggal satu orang dan sudah lanjut usia, namun masih memiliki
jiwa memiliki terhadap kesenian ibing ngegel jubleg sehingga mau
memberikan peluang kepada siapa saja yang ingin ikut melestarikannya tanpa ada
batasan tertentu.
Faktor penyebab terjadinya perubahan pada jiwa
memiliki terhadap kesenian ibing ngegel jubleg sehingga mau memberikan
peluang kepada siapa saja yang ingin ikut melestarikannya tanpa ada batasan
tertentu. Ibing ngegel jubleg terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
Dapat di kemukakan bahwa faktor internal yang berpengaruh pada perubahan ibing
ngegel jubleg ialah keinginan dari praktisi ibing ngegel jubleg itu
sendiri yang ingin melestarikan, serta menurunkan titipan hasil karya seniman
terdahulunya kepada peminat seni lainnya agar kesenian ini tidak punah. Faktor
eksternal yang berpengaruh pada perubahan ibing ngegel jubleg ialah
dukungan dari salah satu tokoh seniman muda yang menampung aspirasi terhadap
keinginan melestarikan kesenian yang hampir punah, sehingga menjadi kesempatan
bagi kesenian ibing ngegel jubleg di munculkan kembali dan di kenal di
masyarakat.
Penulis : Ega Sekar Wati
NIM : 18123075
NIM : 18123075
Sumber : Skripsi, Iis Rahmini, Juni Anita 2015.
Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik Dan Anti Mainstream ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀
Tidak ada komentar:
Posting Komentar