Rabu, 22 Mei 2019

KESENIAN TRADISIONAL NGEGEL JUBLAG


 ....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
        Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat Gemyung menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Penasaran? Simak Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu! MELUNCUR........




           Kesenian Ngegel Jubleg Adalah kesenian anti mainstream. Awal terciptanya ibing ngegel jubleg, terjadi atas ketidaksengajaan seorang seniman alam bernama Bapak Ukri, yang melihat aktivitas babi hutan yang sedang menggigit batang kayu lalu menggoyang-goyangkannya. Berlandaskan penemuannya itu bapak Ukri menjadikan jubleg (tempat menumbuk padi) sebagai objek yang mendukung dalam karyanya, jubleg yang pertama dibuatnya terbuat dari bahan kayu langka kayu jenjing dan kayu kurai. Gerakan yang dibuatnya bernama gelompang yang di ambil dari gerakan pencak silat, karena beliau gemar terhadap seni bela diri tersebut. Gerak-gerak yang lainnya ialah gerak-gerak improvisasi dari setiap pelaku seninya, pelaku seni ibing ngegel jubleg pada saat itu tidak sembarangan, hanya garis keturunan penciptanya dan anggota lingkung seni pancawarna saja yang berhak mempelajari dan menarikan ibing ngegel jubleg, sistem pewarisan/regenerasinya bersifat internal (lingkungan keluarga) saja.

Fungsi ibing ngegel jubleg pada awal penciptaannyaadalah sebagai sarana ritual pada upacara hajat bumi. Musik pengiringnya pada saat itu sangat sederhana dengan memainkan alat musik angklung dan dua dog-dog indung. Lagu yang di pakai adalah lagu dedebusan yang pada isinya berupa sisindiran sunda jaman dahulu. Rias dan busananya ialah tanpa memakai rias atau make up serta busananya ialah celana pangsi hitam, baju pangsi hitam, iket kepala motif barangbang semplak, dan beubeur (ikat pinggang) dari kain berwarna merah.

Dalam praktiknya, seni ini terbilang ekstrem. Para pelaku seni ini atraksi sembari membawa jubleg. Uniknya para pemain membawa jubleg dengan cara digigit. Mereka menari dan meliuk-liuk menggigit jubleg yang beratnya bisa mencapai 25 kilogram. Tidak sembarang orang bisa menggigit jubleg yang beratnya puluhan kilogram itu, apalagi yang bisa melakukannya sembari menari seperti apa yang para pemain Gegel Jubleg lakukan. Hanya orang-orang terlatih yang dapat melakukannya. Setiap kali akan beraksi, para sesepuh pegiat kesenian tersebut akan melakukan ritual untuk memberi kekuatan pada para pemain.

Perkembangan pada ibing ngegel jubleg terlihat pada segi pelaku seninya, fungsi dan bentuk tariannya. Perubahan fungsi yang jelas terjadi ialah pada perubahan fungsi yang awalnya sebagai sarana ritual pada saat acara hajat bumi, berubah fungsi menuju sarana presentasi estetis yang bersifat ritual semu pada setiap acara – acara apa saja yang diinginkan penikmatnya. Perubahan bentuk yang terdapat pada ibing ngegel jubleg teridentifikasi pada koreografinya dan musik pengiringnya, yang awalnya merupakan gerak-gerak improvisasi mengikuti alunan musik pengiringnya, dan hanya memiliki satu ragam gerak, maka setelah melalui perkembangan ibing ngegel jubleg memiliki sebelas ragam gerak.

Perkembangan yang juga terdapat pada musik pengiringnya ialah penambahan alat musik yang menunjang terhadap penyajian ibing ngegel jubleg, yang awalnya hanya diiringi oleh angklung dan dog-dog, kini diiringi oleh tabuhan gamelan dan kendang. Pelaku seni yang awalnya merupakan laki-laki semua, kini menjadi bertambah, peran perempuan yang menjadi pelaku seni sebagai pengiring musik ibing ngegel jubleg yang memainkan alat musik angklung. Proses pewarisan ibing ngegel jubleg yang mulanya bersifat informal (lingkungan keluarga) sekarang sudah menjadi nonformal (umum). Pelaku seni / penari ibing ngegel jubleg kini merupakan pemuda – pemudi yang memiliki rasa ingin tahu terhadap ibing ngegel jubleg dan ingin belajar, maka larangan atau aturan yang tidak membolehkan sembarang orang menarikan ibing ngegel jubleg, dalam perkembangannya aturan tersebut tidak ada, karena apabila aturan itu terus dipakai siapa lagi yang aku meneruskan ibing ngegel jubleg ini, karena para pelaku seni terdahulunya tinggal satu orang dan sudah lanjut usia, namun masih memiliki jiwa memiliki terhadap kesenian ibing ngegel jubleg sehingga mau memberikan peluang kepada siapa saja yang ingin ikut melestarikannya tanpa ada batasan tertentu.



Faktor penyebab terjadinya perubahan pada jiwa memiliki terhadap kesenian ibing ngegel jubleg sehingga mau memberikan peluang kepada siapa saja yang ingin ikut melestarikannya tanpa ada batasan tertentu. Ibing ngegel jubleg terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Dapat di kemukakan bahwa faktor internal yang berpengaruh pada perubahan ibing ngegel jubleg ialah keinginan dari praktisi ibing ngegel jubleg itu sendiri yang ingin melestarikan, serta menurunkan titipan hasil karya seniman terdahulunya kepada peminat seni lainnya agar kesenian ini tidak punah. Faktor eksternal yang berpengaruh pada perubahan ibing ngegel jubleg ialah dukungan dari salah satu tokoh seniman muda yang menampung aspirasi terhadap keinginan melestarikan kesenian yang hampir punah, sehingga menjadi kesempatan bagi kesenian ibing ngegel jubleg di munculkan kembali dan di kenal di masyarakat.

Penulis : Ega Sekar Wati
NIM     : 18123075
Sumber : Skripsi, Iis Rahmini, Juni Anita 2015.

Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik Dan Anti Mainstream ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀

Tidak ada komentar:

Posting Komentar