....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat SISINGAAN khas Subang menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Sejarah nyaa pun menarik loh!, Penasaran? Simak Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu! MELUNCUR........
Kesenian
Sisingaan adalah jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di
Kabupaten Subang, kesenian ini mempunyai ciri khas atau identitas sepasang
patung sisingaan atau binatang yang menyerupai singa.
Masih
menjadi perdebatan, kapan sebenarnya Sisingan mulai muncul. Namun secara
filosofi Sisingan merupakan penggambaran ketika penjajah menguasai Subang,
yakni pada masa pemerintahan Belanda sejak tahun 1812. Subang pada saat itu
dikenal dengan Doble Bestuur, dan dijadikan kawasan perkebunan di bawah
perusahaan P & T Lands (PamanoekanenTjiasemlanden).
Masyarakat
Subang saat itu mendapatkan tekanan secara politis, ekonomis, sosial, dan
budaya dari pihak Belanda maupun Inggris. Namun masyarakat tidak tinggal diam,
mereka melakukan perlawanan, perlawanan tersebut tidak hanya berupa perlawanan
fisik, namun juga perlawanan yang diwujudkan dalam bentuk kesenian. Dengan
demikian masyarakat Subang bisa mengekspresikan atau mewujudkan perasaan mereka
secara terselubung, melalui sindiran, perumpamaan yang terjadi atau yang
menjadi kenyataan pada saat itu. Salah satu perwujudan atau bentuk ekspresi
masyarakat Subang, dengan menciptakan salah satu bentuk kesenian yang kemudian
dikenal dengan nama sisingaan.
Penyebutan sisingaan kadang-kadang berbeda di setiap
daerah/wilayah, hal ini disesuaikan dengan yang mereka lihat dan mereka dengar.
Kawasan Subang utara menyebut sisingaan dengan istilah pergosi atau Persatuan
Gotong Sisingaan. Kemudian daerah lain menyebut sisingaan dengan istilah
odong-odong, citot, kuda depok, kuda ungkleuk, kukudaan, kuda singa, singa
depok.Waditra pada
masa itu sangat sederhana, hanya memakai beberapa alat musik saja (seperti
beberapa angklung pentatonis berlaras salendro), namun kemudian berkembang
seperti saat ini. Adapun peralatan musik tersebut antara lain:
–2 buah
angklung galimer
–2 buah
angklung indung
–2 buah
angklung pancer
–2 buah
angklung rael
–2 buah
angklung ambrug
–1 buah
angklung engklok
–1 buah
terompet
–2 buah
dogdog lonjor
–1 buah
bedug
–3 buah
terbang
Sementara
itu lagu-lagu yang dinyanyikan pada masa itu antara lain lagu badud samping
butut, manuk hideung, sireumbeureum, dan lain-lain.
Fungsi
Sisingaan
Seiring
dengan perkembangan zaman, kesenian ini juga mengalami perkembangan secara
keseluruhan, baik dari bentuk patung sisingaan, waditra, busana, dan fungsi
sisingaan. Sehingga bisa dikatakan bahwa kesenian ini juga bersifat dinamis,
mengikuti perkembangan zaman, dan menyesuaikan dengan perubahan zaman.
Pada awal
terbentuknya kesenian sisingaan terbatas hanya untuk sarana hiburan pada saat
anak dikhitan, dengan cara melakukan helaran keliling kampung. Namun pada saat
ini kesenian sisingaan mempunyai fungsi yang beragam antara lain untuk prosesi
penyambutan tamu terhormat, dengan jalan naik di atas sisingaan. Fungsi lain
yakni untuk menyambut atlit yang berhasil memenangkan suatu pertandingan, bisa
ditampilkan secara eksklusif berdasarkan permintaan.
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA. 😀
Penulis :
Riky Fathul Mubin NIM (18123079)
Sumber : perpustakaan
SMAN 1 TANJUNGSIANG, makalah karya Fadilah maulana (kesenian khas Subang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar