Rabu, 22 Mei 2019

KESENIAN TRADISIONAL SISINGAAN

....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
        Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat SISINGAAN khas Subang menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Sejarah nyaa pun menarik loh!, Penasaran? Simak Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu! MELUNCUR........

             Kesenian Sisingaan adalah jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Subang, kesenian ini mempunyai ciri khas atau identitas sepasang patung sisingaan atau binatang yang menyerupai singa.
Masih menjadi perdebatan, kapan sebenarnya Sisingan mulai muncul. Namun secara filosofi Sisingan merupakan penggambaran ketika penjajah menguasai Subang, yakni pada masa pemerintahan Belanda sejak tahun 1812. Subang pada saat itu dikenal dengan Doble Bestuur, dan dijadikan kawasan perkebunan di bawah perusahaan P & T Lands (PamanoekanenTjiasemlanden).
Masyarakat Subang saat itu mendapatkan tekanan secara politis, ekonomis, sosial, dan budaya dari pihak Belanda maupun Inggris. Namun masyarakat tidak tinggal diam, mereka melakukan perlawanan, perlawanan tersebut tidak hanya berupa perlawanan fisik, namun juga perlawanan yang diwujudkan dalam bentuk kesenian. Dengan demikian masyarakat Subang bisa mengekspresikan atau mewujudkan perasaan mereka secara terselubung, melalui sindiran, perumpamaan yang terjadi atau yang menjadi kenyataan pada saat itu. Salah satu perwujudan atau bentuk ekspresi masyarakat Subang, dengan menciptakan salah satu bentuk kesenian yang kemudian dikenal dengan nama sisingaan.
Penyebutan sisingaan kadang-kadang berbeda di setiap daerah/wilayah, hal ini disesuaikan dengan yang mereka lihat dan mereka dengar. Kawasan Subang utara menyebut sisingaan dengan istilah pergosi atau Persatuan Gotong Sisingaan. Kemudian daerah lain menyebut sisingaan dengan istilah odong-odong, citot, kuda depok, kuda ungkleuk, kukudaan, kuda singa, singa depok.Waditra pada masa itu sangat sederhana, hanya memakai beberapa alat musik saja (seperti beberapa angklung pentatonis berlaras salendro), namun kemudian berkembang seperti saat ini. Adapun peralatan musik tersebut antara lain:
–2 buah angklung galimer
–2 buah angklung indung
–2 buah angklung pancer
–2 buah angklung rael
–2 buah angklung ambrug
–1 buah angklung engklok
–1 buah terompet
–2 buah dogdog lonjor
–1 buah bedug
–3 buah terbang


        Sementara itu lagu-lagu yang dinyanyikan pada masa itu antara lain lagu badud samping butut, manuk hideung, sireumbeureum, dan lain-lain. 
Fungsi Sisingaan
Seiring dengan perkembangan zaman, kesenian ini juga mengalami perkembangan secara keseluruhan, baik dari bentuk patung sisingaan, waditra, busana, dan fungsi sisingaan. Sehingga bisa dikatakan bahwa kesenian ini juga bersifat dinamis, mengikuti perkembangan zaman, dan menyesuaikan dengan perubahan zaman.
Pada awal terbentuknya kesenian sisingaan terbatas hanya untuk sarana hiburan pada saat anak dikhitan, dengan cara melakukan helaran keliling kampung. Namun pada saat ini kesenian sisingaan mempunyai fungsi yang beragam antara lain untuk prosesi penyambutan tamu terhormat, dengan jalan naik di atas sisingaan. Fungsi lain yakni untuk menyambut atlit yang berhasil memenangkan suatu pertandingan, bisa ditampilkan secara eksklusif berdasarkan permintaan.

Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA. 😀

Penulis : Riky Fathul Mubin NIM (18123079)
Sumber : perpustakaan SMAN 1 TANJUNGSIANG, makalah karya Fadilah maulana (kesenian khas Subang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar