Kamis, 20 Juni 2019

KESENIAN TRADISIONAL TERBANGAN BUHUN

....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
        Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat  TERBANGAN BUHUN menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Penasaran? Simak Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu! MELUNCUR........


Terebang buhun merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang tersebar di beberapa tempat di Jawa Barat, dengan beberapa sebutan, seperti Terebang GedeTerebang GebesTerebang Ageung, dll. Pada masa lalu, seni terebang digunakan sebagai media dakwah Islam, melalui pupujian (puji-pujian) yang dilantunkan sepanjang pertunjukan berlangsung. Terebang buhun dianggap pula memiliki kekuatan-kekuatan spiritual dan mistis, karena itu seringkali dipakai pula di dalam upacara ngaruwat, misalnya ngaruwat anak, ngaruwat rumah, dll. Dalam upacara ruwatan biasa diadakan acara ngahuripdengan menebarkan air suci serta membuat sesajen dan sambung layang, yakni rangkaian hasil bumi yang disusun tiga lingkaran yang biasanya dibuat sepasang.

Kabupaten Bandung Barat memiliki kesenian yang membedakan dari terbangan aslinya biasanya terbang dari nenek moyang dulunya memiliki magis magis atau kegiatan supranatural di Kabupaten Bandung Barat khususnya Kota Cililin memiliki nuansa berbeda dari terbangan terbangan sebelumnya yang biasanya dibawakan oleh anak-anak muda Sandria dan santriawati yang memiliki tujuan untuk menyiarkan dakwahnya melalui melalui syair mereka biasanya menginovasi terbang-terbangan sebelumnya menjadi lebih modern atau Mengikuti alur zaman
 Penulis : Alif Irvansyah
NIM : 18123066
Sumber :                      
Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀

KESENIAN TRADISIONAL ANGKLUNG BUHUN

....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
        Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat ANGKLUNG BUHUN menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Penasaran? Simak Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu! MELUNCUR........


Upacara adat seren taun merupakan salah satu tradisi dalam masyarakat Sunda Banten yang kental dengan nuansa magis dan sakral. Nuansa sakral ini terbentuk oleh tahapan ritual yang khidmat dalam iringan suara instrumen musik yang mengiringinya. Di antara instrumen musik pengiring prosesi adat seren taun, terdapat alat musik bambu yang disebut angklung buhun.
Instrumen ini dipercaya berasal dari Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Buhun sendiri dalam bahasa Sunda berarti tua atau kuno. Nama ini memanifestasikan sejarah panjang keterikatan masyarakat Baduy dengan instrumen pusaka ini. Menurut sejarah, angklung buhun muncul hampir bersamaan dengan terbentuknya masyarakat Baduy itu sendiri. Karena itulah, kesenian ini dianggap memiliki makna penting dalam mempertahankan eksistensi masyarakat Baduy.
Dari segi bentuk, angklung buhun tidak memiliki perbedaan mencolok dari angklung pada umumnya. Suaranya pun kurang lebih sama. Sedikit perbedaan hanya pada pernak-pernik yang terdapat di sisi atas bingkai angklung ini. Angklung buhun biasanya dilengkapi dengan batang padi yang diikat secara berkelompok atau rumbai-rumbai dedaunan.
Berbeda dari alat musik angklung pada umumnya, angklung buhun merupakan pusaka masyarakat adat yang digunakan secara spesifik dalam ritual adat. Karena itulah, saat ini cukup sulit menemukan kelompok kesenian atau sanggar yang mementaskan angklung buhun. Kecuali dalam penyelenggaraan ritual adat seperti seren taun, kesenian ini jarang sekali 
Di kampung nangerang kec cililin memilik kesenian angklung Buhun yang berbeda dengan angklung Baduy kesenian. angklung Buhun di kecamatan Cililin berbedanya dengan kepercayaan biasanya masyarakat di kampung Nanggerang Kecamatan Cililin menggunakan ritual kesenian ini untuk beberapa pertunjukan ataupun adat istiadat seperti kepercayaan yang dicampuri umat muslim seperti Istisqo.
 biasanya pertama mereka mendatangi mata air yang menghadap ke kiblat dengan membawa sesungguh atau yang sering kita sebut sesajen
 setelah itu angklung Buhun tersebut dimainkan dengan beberapa lagu kemudian mereka melakukan salat Istisqo dan melakukan salat Istisqo dan setelah selesai Ai mereka biasanya nya melakukan makan bersama
Penulis  : Alif Irvansyah
NIM : 18123066
Sumber :                       
 Sumber Bapak Unar pembina dan Yusuf personil angklung Buhun 

Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀


KESENIAN TRADISIONAL GENJRING BONYOK SUBANG

....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
        Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat KESENIAN GENJRING BONYOK SUBANG menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Penasaran? Simak Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu! MELUNCUR........



KESENIAN GENJRING BONYOK SUBANG
Genjring bonyok adalah jenis kesenian yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Subang. Alat musik utama yang dipergunakan adalah bedug dan genjring. Jenis kesenian ini mulai lahir dan berkembang di Kampung Bonyok, Desa Pangsor, Kecamatan Pagaden. Kesenian ini muncul karena terinspirasi atau perkembangan dari kesenian genjring Sholawat, Genjring Rudat dan adem ayem di pantura Indramayu. Seniman yang berperanan penting dalam mendirikan dan mengembangkan genjring bonyok adalah Talam dan Sutarja.

Asal usul dan Perkembangannya
Awalnya di Dusun Bunut, Desa Pangsor, Kecamatan Pagaden terdapat sebuah kelompok kesenian genjring sholawat yang bernama Sinar Harapan. Pada awal berdirinya kelompok kesenian ini dipimpin oleh Sajem (1960-1968). Kemudian mulai tahun 1968-1975 kepemimpinan Sinar Harapan diserahkan kepada Talam. Pada masa kepemimpinan Talam, yaitu sekitar tahun 1969, kelompok kesenian genjring ini mulai sangat jarang digunakan dalam hajatan-hajatan yang diadakan warga masyarakat. Hingga kemudian kelompok tersebut tidak pernah lagi mengadakan pertunjukkan.

Bergerak dari kondisi yang dialami kelompok Sinar Harapan, Sutarja sebagai salah satu anggotanya membuat inisiatif untuk menggunakan instrumen genjring dan bedug dalam suatu bentuk kesenian yang berbeda dari bentuk kesenian sebelumnya (genjring sholawat). Berbekal dengan instrumen musik yang dimiliki Sinar Harapan, Sutarja yang memperoleh dukungan dari Sajem dan Talam, mulai menciptakan bentuk kesenian genjring yang relatif baru yang kemudian dikenal dengan genjring bonyok.
.
Menurut Sutarja, proses pembentukan genjring bonyok tersebut dimulai dengan pengadopsian instrumen musik tarompet yang telah umum dipergunakan dalam kesenian tradisi Sunda di Kabupaten Subang. Hal ini ditandai dengan bergabungnya Taslim (mantan seniman Sisingaan) ke dalam kelompok Sinar Harapan. Pengadopsi instrumen musik tarompet ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi lagu yang lebih beragam, dan telah dikenal masyarakat dari kesenian tradisi Sunda yang lain.

genjring bonyok subang
Genjring Bonyok yang ditampilkan dengan duduk di panggung
Pertunjukan pertama kelompok Sinar Harapan dengan bentuk kesenian genjring yang relatif baru ini, dilakukan pada acara khitanan keluarga Rusmin, di Desa Sumur Gintung (sebelah Selatan Cidadap) pada tahun 1969. Sesuai dengan pola berkesenian masyarakat setempat pada masa itu, pertunjukan kesenian Genjring Sinar Harapan tersebut ditampilkan bersama-sama dengan kesenian gembyung, pencak silat, sisingaan, dan reog.

Pada tahun 1973, kelompok kesenian Sinar Harapan pindah ke Desa Cidadap. Hal ini disebabkan pindahnya Sutarja setelah ia menikahi gadis dari desa tersebut. Sejak kepindahannya itu pula kelompok Sinar Harapan yang semula dipimpin oleh Talam diserahkan kepada Sutarja. Pada saat pergantian kepemimpinankelompok Sinar Harapanpun secara resmi menjadi kelompok kesenian Genjring Bonyok dengan nama Sinar Pusaka.

Dalam perkembangan selanjutnya, setelah instrumen musik tarompet menjadi bagian dari pertunjukan genjring bonyok. Tahun 1975 kelompok ini kembali mengadopsi instrumen musik goong dan kecrek. Menurut Sutarja penambahan kedua instrumen musik ini disebabkan agar dalam penyajian musiknya terasa lebih enak didengar).

Kemudian kesenian ini semakin berkembang dengan dibentuknya grup-grup baru oleh anggota kelompok Sutarja. Selain itu Sutarja juga melatih sepuluh orang seniman yang berasal dari berbagai dusun dan desa di Kabupaten Subang.

Dari sepuluh orang seniman yang dilatih Sutarja, terdapat seniman yang berasal dari dusun Bonyok, Desa Pangsor yang bernama Rasita, yang kemudian membentuk grup di dusun Bonyok. Melalui kelompok genjring bonyok yang dipimpin oleh Rasita dari Dusun Bonyok, kesenian ini pun mulai berkembang pesat dan dikenai masyarakat di luar dari Kecamatan Pagaden. Dengan demikian selain dari kelompok Sinar Pusaka, masyarakat pun mulai menyukai kelompok genjring bonyok yang dipimpin Rasita. Sejak itu genjring goyok banyak ditanggap warga. (Ade Herdijat/USU).


NAMA : IQBAL FAUZIE
NIM.    : 18123050


Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀

Rabu, 19 Juni 2019

KESENIAN TRADISIONAL BELUK CIAPUS

....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
        Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat KESENIAN BELUK DI CIAPUS DESA BANJARAN menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Penasaran? Simak Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu! MELUNCUR........

KESENIAN BELUK DI CIAPUS DESA BANJARAN
Seni Beluk pada awalnya lahir dari masyarakat peladang, atau huma
yang saling berkomunikasi untuk menyatakan ada di dalam saung yang
berjauhan, mereka saling celuk “panggil” atau ngagorowok “berteriak”
dan bersahutan. Sebagai gambaran bahwa berkembangnya seni Beluk
yakni setelah masuknya pengaruh lagu-lagu pupuh dari Mataram.
Gambaran tersebut dikemukakan Enip Sukanda (1983-1984:18) bahwa
Wiratanu I atau dikenal Dalem Cikundul merupakan leluhur Cianjur yang
berasal dari Talaga Majalengka anak dari Wangsagoparana salah seorang
tokoh penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Wiratanu I hidup di
lingkungan keraton menjadi mantu Sultan Sepuh Cirebon yang bersatu
dengan orang Mataram datang ke daerah Cimapog Cianjur 1677 akhir atau
awal tahun 1678 atas perintah Sultan Sepuh Cirebon. Kehidupan Wiratanu
I beserta rombongannya dihabiskan di lahan pertanian. Menjelang
istirahat atau selesai bekerja mereka menghibur diri sebagai
penghilang rasa takut karena masih banyak binatang buas, mereka
melakukan Beluk atau membaca wawacan dilagukan. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Koentjaraningrat (1987: 23), bahwa di dalam bahasa
Sunda terdapat kesusatraan yang kaya. Bentuk sastra Sunda yang tertua
adalah ceritera-ceritera pantun, sesudah zaman pantun dikenal zaman
wayang dan wawacan-wawacan sebagai pengaruh Mataram Islam,
setelah jatuhnya Pajajaran. Ceritera-ceritera wawacan dalam bahasa
Sunda banyak diambil dari ceritera-ceritera Islam. Dahulu wawacan itu
sering dinyanyikan, dan disebut Beluk. Karena itu, seni Beluk tumbuh
setelah masuknya tembang wawacan. Mereka memanfaatkan pupuh
sebagai sumber rumpaka sekaligus dijadikan sebagai sumber
kreativitas seni yang kemudian berkembang menjadi seni Beluk.
Kesenian Beluk dapat dikatakan salah satu kesenian buhun yang masih
ada di Desa Ciapus Kecamatan Banjaran.

Pemulis : Puji Rahadi
Sumber  : https://www.researchgate.net/publication/323786034_KESENIAN_BELUK_
DI_DESA_CIAPUS_KECAMATAN_BANJARAN_KABUPATEN_BANDUNG

Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀

KESENIAN TRADISIONAL GOONG RENTENG

....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
        Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat GOONG RENTENG Mbah Bandong menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Penasaran? Simak Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu! MELUNCUR........


 


  Goong Renteng Mbah Bandong Situs Bumi Alit Kabuyutan Arjasari Banjaran
Gamelan ini telah hadir sejak jaman hindu. Sebagai bukti adalah adanya benda-benda pusaka di
wilayah lebak wangi yang di sinyalir merupakan hasil budaya hindu, kemudian dengan kedatangan agama islam maka bneda-benda pusaka tersebut (termasuk gamelan di fungsikan sebagai dakwah untuk menyebarkan agam islam) para mubaligh islam rupanya sengaja memasukan nafas agama islam kedalam kesenia dalam maksud untuk memupuk rasa cinta terhadap Allah SWT.
   Kesenian Goong Renteng Embah Bandong di fungsikan sebagai alat komunikasi permersatu
antara unsur dalam masyarakat baik pada gender, lapisan sosial atau antar golongan, itu terlihat dari acara
maulid Nabi semua kalangan masyarakat ikut berpartisipasi dalam acara tersebut
Dalam perkembangannya kesenian tradisional ini mengalami perubahan sesuai denan nilai-nilai
yang berlaku dalam lingkungan masyarakat di sekitarnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai alasan baik itu secara konseptual, fungsi, atau pementasannya. Kesenian goong renteng mbah bandong ini biasa dikatakan sebagai kesenian tradisi masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya. Pada awal munculnya kesenian ini masih terikat dengan aturan-aturan yang membatasi karena digunakan sebagi sarana ritual masyarakat setempat namun seiring dengan perkembangan jaman kesenian ini akhirnya berubah juga menjadi seni pertunjukkan.
Banyak cerita mitos yang berkembang dalam masyarakat dan nilai-nilai agama yang mempunyai
fungsi untuk mengatur sikap dan sistem nilai manusia serta mempertahankan tata tertib sosial dalam
lingkungan masyarakat yang belum banyak menggunakan prinsip ilmu pengetahuan.

Adat istadat yang masih dilakukan oleh masyarakat kecamatan arjasari sampai saat ini diantaranya adalah ngarumat pusaka,yang bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW yaitu setiap bulan mulud tanggal 12 robiul awal. Kebiasaan lain seperti biasanya masyarakat sunda pada umumnya, seperti syukuran 7 bulan usia kehamilan, upacara khitanan, pernikahan, dan upacara kematian. Kebiasaan tersebut merupakan perpaduan budaya masyarakat dulu. Paradigma itu tersirat pada kebiasaan yang masih dilakukan oleh masyarakat kecamatan arjasari diantaranya; 1). Peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW 2). Ngarumat pusaka 3). Ziarah ke makam leluhur

Penulis : Puji Rahadi
Sumber :


 

Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀