....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat RAJA DOGOR
menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Penasaran? Simak
Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu!
MELUNCUR........
KESENIAN
RAJA DOGAR (DOMBA GARUT)
KEC. CIBATU KAB. GARUT.
Seni Budaya Garut mencakup
kepercayaan, norma-norma artistik dan sejarah-sejarah nenek moyang yang
tergambarkan melalui kesenian tradisional. Hal ini dapat dilihat dari bahasan yang digunakan tentang kebudayaan
masyarakat Garut sama seperti yang
diungkap para ahli tentang definisi kebudayaan, salah satunya yang di ungkapkan
oleh Robert H Lowie bahwa: “Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh
individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma
artistik, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan dari kreativitasnya
sendiri, melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan
formal atau informal.
Kabupaten Garut kaya akan kebudayaan
beragam, di antaranya memiliki kesenian
yang lahir dari karya masyarakat penyangganya. Jenis-jenis kesenian yang tumbuh
dan berkembang di daerah Garut di antaranya adalah Tari Topeng Koncaran, Surak
Ibra, Boboyongan, Lais, Pencak Silat, Dodombaan, Hadro, Bangklung, Pecak ular,
Badeng, Raja Dogar dan Debus. Kesenian ini berkembang di kalangan masyarakat
dimana sebagian besar mencakup tetang penjajahan zaman dahulu yang digambarkan
melalui kesenian tradisional.
Kesenian
merupakan aktivitas yang bisa dilakukan dan dinikmati dalam mengolah rasa
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan serta keselarasan jiwa,
baik itu sebagai penikmat seni ataupun sebagai pelaku seni itu sendiri. Begitu
juga dengan Kesenian Raja Dogar yang perkembangannya memberikan makna seni yang
berbeda dengan jenis kesenian pada umumnya. Kesenian Raja Dogar adalah kesenian
dari Desa Kresek Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. Potensi seni khas Desa
Keresek, yaitu Kesenian Raja Dogar alias Raja Domba Garut.
Dalam proses pembuatan kesenian Raja
Dogar ini, Entis Sutisna terinspirasi dari kesenian Adu Domba khas Garut.
Dimana kesenian Adu Domba ini mempertunjukan ketangkasan adu domba nyata. Dari
situlah Entis Sutisna menciptakan kesenian Raja Dogar yang merupakan
perkembangan dari kesenian Adu Domba yang mempertunjukan adu domba yang
dimainkan oleh 2 orang dengan memakai kostum domba tiruan. Meskipun seni
ketangkasaan adu domba memiliki unsur kekerasan dan keindahan. Secara
pengertian berdasarkan Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kekerasan adalah prilaku yang
ditunjukan untuk menyakiti, melukai atau merusak pihak lain (Dagun, 1997:16).
Adapun
yang dimaksud dengan keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan, kelompok sifat
yang menyenangkan alat indera seperti mata, telinga, dan akal budi keserasian,
keseragamaan, proporsional, kesatuan, keragaman, simetris, keunggulan kualitas
atau ciri yang menghasilkan kesenangan atau kepuasan estetik (Dagun, 1997:468).
Seni
ketangkasan domba Garut merupakan salah satu kesenian daerah Jawa Barat (Sunda)
yang masih ada hingga saat ini. Seni ketangkasan domba
Garut merupakan kesenian yang diperlagakan dan dipertontonkan.
Sebelum
seni ketangkasan domba Garut, masyarakat Sunda sudah menggunakan istilah ngadu
domba, dilihat dari namanya saja sudah termasuk kesenian yang sangat negatif,
dimana kesenian ini memperlihatkan pertarungan dua jenis domba. Tetapi banyak
masyarakat yang sangat menyukai kesenian tersebut, karena kesenian ketangkasan
domba Garut lahir sebagai kesenian tradisional yang dipengaruhi berbagai aspek,
antara lain letak geografis, mata pencaharian, kepercayaan, pola hidup dan
pendidikan.
Adapun yang menonjol dalam kesenian
tradisional ini yaitu mata
pencaharian. Masyarakat Sunda sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani
dan peternak yang didukung dengan keadaan geografis sekitarnya. Kehidupannya
bersifat agraris dan tradisional yang masih kental dengan nilai-nilai budaya
warisan leluhurnya. Keadaan tersebut telah banyak memiliki konstribusi bagi
perkembangan seni ketangkasan domba Garut.
Awal
terbentuknya Kesenian Adu Domba ini, kesenian ini tidak memiliki aturan
penilaian dalam pertunjukannya melainkan masyarakat hanya melihat dari segi
hiburan ketangkasan domba Garut dan iringan musik gamelan serta bajidorannya
saja .Melihat dari bentuk penyajian seni ketangkasan domba Garut yang sangat
jelas terlihat negatif dalam segi “Adu Domba”, maka masyarakat Garut mengubah salah
satunya aturan penilaian lebih dititikberatkan kepada keindahan yang dimiliki
domba Garut saat dipamidangan yang diiringi kesenian musik tradisional dan
lagu-lagu khas Sunda atupun kendang Penca.
Dengan
demikian seni ketangkasan domba Garut diakui oleh Propinsi Jawa Barat. Dari
hal itulah Entis Sutisna tertarik untuk mengembangkan kembali Kesenian
Ketangkasaan Domba Garut menjadi Kesenian Raja Dogar yang bertujuan
melestarikan kesenian yangsecara tidak langsung telah melekat menjadi ciri khas
Kabupaten Garut. Dimana ada perbedaan dalam segi penyajian seperti, kesenian
ketangkasan domba Garut menyajikan ketangkasaan domba nyata dan penilaian juri
dalam pertandingan.
Adapun
kesenian Raja Dogar menyajikan 4 orang yang memakai kostum Dodombaan yaitu
kostum tiruan yang menonjolkan hiburan tanpa ada penilaian juri dalam
penyajiannya. Adapun persamaan dari ke dua kesenian tersebut yaitu
sama-sama menyajikan adu domba yang memakai wasit dan diiringi oleh musik
tradisional atau kendang Penca.
Seni
Raja Dogar ini bukanlah mempertontonkan adu domba Garut yang sebenarnya, domba
yang digunakan untuk aduan ini adalah dodombaan alias kostum domba Garut tiruan
yang digunakan oleh dua orang. Jadi sebenarnya seni Dogar ini merupakan seni
adu domba bukan adu domba sungguhan.
Raja
Dogar merupakan seni pertunjukan yang mempertontonkan simulasi adu domba yang
digabungkan dengan unsur-unsur
hiburan maupun komedi dengan diiringi penari dan nayaga (instrumen musik) khas
Sunda Kesenian Raja Dogar adalah salah satu kesenian yang ada di kota Garut
tepatnya di Kecamatan Cibatu.
Kesenian Raja Dogar diciptakan pada
tahun 2005 oleh seorang seniman asli Garut Entis Sutisna, dimana kesenian ini
masih tergolong kesenian yang sangat muda. Melihat pentingnya pelestarian
budaya dan kecintaannya terhadap kesenian, Entis Sutisna membuktikan dengan
memperkaya dan melestarikan kesenian tradisional yang telah ada.
Selain
melestarikan kesenian yang sudah ada, Entis Sutisna sering mengikuti berbagai
acara-acara yang digelar oleh DISBUDPAR Garut untuk memperkenalkan kesenian
tersebut, khususnya kepada masyarakat Garut dan umumnya untuk masyarakat Luar
Garut. Salah
satunya acara Kemilau Nusantara 2007 yang diselenggarakan di Kabupaten Bandung
yang mengangkat kesenian-kesenian tradisional, acara tersebut
disaksikan oleh semua Perwakilan Daerah yang ada di Jawa Barat.
Selain itu juga ada salah satu
pertunjukan yang sangat membanggakan bagi Entis Sutisna saat tampil di Istana
presiden dan dihadiri oleh Kepala Negara yaitu Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Dengan mengikuti acara-acara tersebut Kesenian Raja Dogar mulai
dikenal masyarakat banyak dan membuat Entis Sutisna banyak acara untuk tampil
kota Garut dan Luar Kotabahkan ke Mancanegara.
Penulis : EGA SEKAR WATI
NIM : 18123075
Sumber : Skirpsi, Destri Srimulyani, 2013
Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀
Tidak ada komentar:
Posting Komentar