....SAMPURASUN BARAYA SADAYANA...
Kali ini team PARADOX SENI SUNDA akan menjelajahi saat RENGKONG
menjadi salah satu budaya yang harus kita lestarikan, Penasaran? Simak
Sekilah Sejarah tentang Seni Sunda yang Menarik untuk dilihat... Hayu!
MELUNCUR........
Asal-usul
Cianjur adalah salah satu kabupaten yang secara administratif termasuk dalam KAB.CIANJUR,
Masyarakatnya sebagian besar beragama Islam dan pada umumnya
menggantungkan hidupnya dari bercocok tanam. Di daerah ini, tepatnya di
Kampung Kandangsapi, Desa Cisarandi, Kecamatan Warungkondang ada sebuah
kesenian tradisional yang bernama “rengkong”. Asal-usul kesenian ini
bermula dari pemindahan padi huma (ladang) ke saung (lumbung padi).
Masyarakat Jawa Barat pada umumnya, termasuk masyarakat Warungkondang
(Cianjur), di masa lalu --sebelum mengenal bercocok tanam padi di sawah
(sistem irigarasi)-- pada umumnya adalah sebagai peladang (ngahuma) yang
berpindah-pindah. Padi ladang yang telah dituai tentunya tidak
dibiarkan di ladang, tetapi mesti dibawa pulang. Mengingat bahwa jarak
antara areal ladang dan pemukiman (rumah peladang) relatif jauh, maka
diperlukan suatu alat untuk membawanya, yaitu pikulan yang terbuat dari
bambu. Mereka menyebutnya sebagai “awi gombong”. Pikulan yang diberi
beban padi kurang lebih 25 kilogram yang diikat dengan injuk kawung
(tali ijuk) ini jika dibawa akan menimbulkan suara atau bunyi yang
dihasilkan dari gesekan antara tali ijuk dan batang pikulan itu sendiri.
Dan, bunyi yang dihasilkan menyerupai suara burung rangkong (sejenis
angsa). Oleh karena itu, ketika bunyi yang dihasilkan dari gesekan
antara tali ijuk dan pikulan dikembangkan menjadi sebuah jenis kesenian
disebut “rengkong”.
Konon, kesenian rengkong ini dikenal oleh masyarakat Warungkondang,
khususnya masyarakat Kampung Sukaratu, Desa Cisarandi, sejak akhir abad
ke-19. Adupan orang memperkenalkan dan atau mengembangkannya adalah Said
(almarhum). Di kampung lain (Sukaratu) dikembangkan oleh seorang
pengusaha genteng (1920--1967). Jadi, beban yang semula berupa padi
diganti dengan genteng. Sedangkan, di Kampung Kandangsapi dikembangkan
oleh Sopian sejak tahun 1967.
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk mewujudkan kesenian yang disebut sebagai
rengkong ini adalah peralatan yang menghasilkan bunyi rengkong itu
sendiri dengan berbagai ukuran (ada yang besar dan kecil). Peralatan itu
terdiri dan atau terbuat dari pikulan, tambang ijuk, padi, dan minyak
tanah. Pikulan terbuat dari dari sebatang awi gombong (bambu gombong)
yang tipis dengan panjang 2 atau 2,5 meter. Ujung yang satu dan lainnya
terbuka (tidak tertutup oleh ruas bambu). Kemudian, kurang lebih 30
centimeter dari ujung-ujungnya dilubangi (menyerupai kentongan)
sepanjang kurang lebih 38 centimeter. Tambang ijuk yang panjangnya 2
sampai 2,5 meter berfungsi sebagai pengikat padi padi yang akan
digantungkan pada sebatang awi gombong yang berfungsi sebagai pikulan.
Kemudian, padi yang beratnya 20—25 kilogram sebagai beban pikulan. Lebih
dari itu dikhawatirkan pikulan akan patah. Dan, minyak tanah berfungsi
sebagai pengesat gesekan antara tali dan pikulan, sehingga gesekan
menghasilkan bunyi yang nyaring. Peralatan lainnya adalah dodog dan
angkung buncis.
Pemain dan Busana
Jumlah pemain rengkong secara keseluruhan ada 14 orang dengan rincian: 2
orang sebagai pembawa rengkong besar; 3 orang sebagai pembawa rengkong
kecil; 4 orang sebagai pemain dodog, yaitu dodog: tingrit, tongsong,
brung-brung, dan gedeblag; dan pemain angklung buncis yang terdiri atas 5
orang. Sedangkan, busana atau pakaian yang dikenakan adalah pakaian
tradisional yang berupa: kampret atau pangsi, ikat kepala, dan sarung.
Pementasan
Kesenian rengkong yang ada di Warungkondang ini biasanya hanya
dipentaskan dalam rangka memeriahkan hari-hari besar agama dan atau
nasional (17 Agustusan) dalam bentuk arak-arakan. Dalam sebuah
pementasan biasanya pemain rengkong yang berjumlah 5 orang berada di
barisan depan. Kemudian, diikuti oleh para pemain angklung buncis dan
para pemain dodog. Namun demikian, adakalanya pementasan dikemas secara
kolektif. Artinya, para pemain boleh bergerak kemana saja (bercampur
jadi satu).
Fungsi
Ketika rengkong belum dikembangkan menjadi sebuah jenis kesenian, ia
semata-mata hanya berfungsi sebagai pengalihan perhatian dari seseorang
yang membawa beban (padi) dengan cara dipikul. Dalam hal ini gesekan
antara tali pikulan dan pikulan dimanfaatkan sebagai irama pengiring,
sehingga beban yang relatif berat tidak begitu dirasakan karena karena
diiringi oleh bunyi-bunyian yang khas. Dan, ketika rengkong menjadi
sebuah jenis kesenian fungsinya juga tidak jauh berbeda, yaitu sebagai
hiburan.
Sebagai catatan, kesenian yang disebut sebagai rengkong ini tidak hanya
ada di daerah Cianjunr semata, tetapi juga di daerah Sukabumi dan
Banten. Bedanya, di kedua daerah tersebut rengkong tidak hanya berfungsi
sebagai hiburan, tetapi ada fungsi lain yang melatarbelakanginya, yaitu
ungkapan terima kasih kepada Dewi padi yang telah memberikan
kesejahteraan berupa panen yang melimpah. Oleh karena itu, rengkong
selalu ditampilkan dan kegiatan atau upacara penyimpanan padi ke
lumbung.
Nilai Budaya
Kesenian adalah ekspresi jiwa manusia yang terwujud dalam keindahan.
Oleh karena itu, kesenian apapun termasuk kesenian rengkong yang
didukung dengan peralatan sederhana, mengandung nilai estetika
(keindahan). Namun demikian, jika dikaji secara teliti kesenian yang
disebut sebagai rengkong ini tidak hanya mengandung nilai estetika saja,
tetapi ada nilai-nilai lainnya yang pada gilirannya dapat dijadikan
sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain
adalah kerja keras dan kerjasama. Nilai kerja keras tercermin dalam
membunyikan suara khas yang dihasilkan dari gesekan antara tali ijuk dan
pikulan. Ini artinya, padi dengan berat tertentu dipikul. Dan, ini
tentunya memerlukan kerja keras. Kemudian, nilai kerja sama tercermin
dalam pementasan. Dalam hal ini tanpa kerja sama yang baik mustahil
pementasan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Malahan, ada nilai
lainnya (religius) sebagaimana yang ditunjukkan oleh masyarakat Sukabumi
dan Banten. (gufron)
Penulis : SAEPUL HADID AKBAR
NIM : 18123053
Sumber : https://uun-halimah.blogspot.com/2008/06/rengkong-kesenian-tradisional.html
Nah Sekilas Tentang Seni Sunda Yang Menarik ini, Terima Kasih Telah Mampir Di Blog Kami,
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀
Tunggu Update Selanjutnya ya BARAYA, Baca Terus Blog Blog Yang lainnya Karena Begitu Kaya Kesenian Dari Tanah Sunda Ini... Semoga Bermanfaat BARAYA SUNDA.😀
Tidak ada komentar:
Posting Komentar